Di hari pertama, tanggal 25 Oktober 2018 sore, setelah kumpul di Artotel
Jalan Kaliurang, kami melakukan napak tilas ke daerah Jetis dan Blunyah, yaitu
sekitar kediaman Eyang Reksoprodjo dan kompleks pemakaman beliau berdua (baca Bagian 1 - Napak Tilas).
Dalam perjalanan kembali ke hotel untuk beristirahat, kami mampir
ke sebuah toko batik. Rencananya sih sebentar saja… nyatanya yaaa… hampir 1 jam
kami di sana. Yang sayang anak, sayang suami, sayang cucu…. 😍
Sebelum masuk ke kamar masing-masing, kami bersepakat untuk
bertemu di lobby sekitar pukul 18.30. Tujuan utama adalah warung makan BakmiJowo Mbah Gito.
Akhirnya… sampailah kami di warung makan Bakmi Jowo Mbah Gito. Letaknya
di Jalan Nyi Ageng Nis No. 9, Rejowinangun, Kotagede. Dari luar warung tersebut tampak kecil, redup, dan terkesan
seperti gubug. Tetapi kami cukup heran dengan banyaknya mobil terparkir di
sekitar warung… dan ternyata betul sekali! Begitu masuk kedalam, suasanya ramai
sekali.
Alhamdulillah kami sudah booking untuk 2 meja dan juga sudah mengirim
pesanan kami via WA sebelumnya… karena biasanya cukup rempong nih urusan order-mengorder makanan dengan jumlah orang banyak! Juga menurut beritanya, di warung
tersebut perlu waktu untuk menunggu pesanannya karena pesanan dimasak satu per
satu.
Walaupun kami sudah pesan makanan sebelum datang, tetap rasanya
luaaammmaaa… banget. Mungkin kami sudah
lapaaarrr… banget juga!
Sambil menunggu, kami melihat-lihat sekeliling warung. Warungnya unik sekali. Bangunannya berlantai dua dan semua bahannya terbuat dari kayu dan dibiarkan dalam bentuk natural. Konon kayu-kayu tersebut diambil dari kandang sapi milik Mbah Gito. Dekorasi interiornya sangat kental nuansa Jawa, lengkap dengan pernak-perniknya.
Dua arsitek kami, Ami dan Wiwiek, tentu saja sangat tertarik pada bangunan warung tersebut dan naik ke lantai atas untuk mengeksplorasi tempat tersebut.
Tidak dinyana mereka disambut sendiri oleh Mbah Gito dan istrinya! Walaupun dikenal dengan sebutan “Mbah”, tetapi sosok Mbah Gito sama sekali tidak tampak sepuh seperti yang kami bayangkan. Beliau menjelaskan bahwa memang dulu mereka membuka warung bakminya di lokasi bekas kandang sapi di pedesaan. Akan tetapi, lokasi yang sekarang adalah lokasi baru dengan nuansa yang dipertahankan seperti warungnya dulu.
Hidangan di warung bakmi jowo Mbah Gito merupakan racikan khusus
Mbah Gito dengan berbagai pilihan menu, seperti bakmi godog, bakmi goreng, nasi
goreng, dan beberapa menu lainnya.
Sebelum meninggalkan lokasi, kami sempat berfoto ria di depan
pintu utama warung Mbah Gito. Memang nuansa tradisionalnya sangat kuat, sehingga
membuat tempat ini menjadi tujuan wisata kuliner banyak wisatawan, domestik
mapupun manca negara.
Berfoto kembar tiga... 😂😂😂 |
Tujuan kami berikutnya adalah Tempo Gelato di Jalan Kaliurang. Walau sudah malam dan mendekati waktu tutup toko, pengunjung masih tampak ramai memenuhi sebagian mejanya.
Kami sibuk memilih dari sekian banyak rasa dan topping yang tersedia. Bingung deh... semua ingin dicoba. Alhasil, masing-masing memilih rasa dan kombinasi yang berbeda dan kami saling bertukar mencicipi tiap rasa.
Tempatnya cozy banget dengan dekorasi yang menarik untuk foto-foto. Terlihat banyak anak-anak muda yang berfoto dengan latar belakang dekorasi yang khas dan menarik. Sudah pasti mereka akan unggah di akun Instagram atau Facebooknya.
Saya jadi ingat kelakuan anak saya yang sering pergi ke tempat-tempat nongkrong bersama teman-temannya, hanya memesan satu atau dua gelas minuman dengan sedotan buanyak. Yang penting foto bareng, mengunggahnya ke media sosial, tetapi tidak mau mengeluarkan biaya banyak, alias ngirit !!
Dengan perut kenyang dan muka-muka mengantuk, kami kembali ke hotel... 😴
Tidak ada komentar:
Posting Komentar